Jumat, 19 Juni 2009

Pendidikan Anti Korupsi

Ahad pagi jam 8.30 Pelatihan Guru-guru Pendidikan Nilai-nilai Anti Korupsi diadakan di GSG Salman ITB, kerja sama KPK dengan LPP Salman ITB. Dana dari KPK, sehingga guru-guru tidak harus bayar atau GRATIS. Mereka dapat hand out, buku-buku, makan siang, snack dsb.

Pelatihan diikuti oleh sekitar 100 orang guru SD dan MI dari berbagai sekolah. Ada yang dari Bandung , Sumedang, Baleendah, Cimahi dan sebagainya.

Hal menarik pada sesi Pembukaan yang disampaikan oleh Dr. Ir. Ahmad Nuruddin (Ketua Pengurus YPM Salman ITB) yaitu cerita pengalaman beliau saat kuliah dan tinggal di Amerika Serikat. “Suatu hari saya kehilangan dompet. Isinya ada uang, kartu pengenal dan dokumen lain yang penting. Saya sudah pasrah dan tidak berharap dapat menemukan kembali dompet tersebut. Namun apa yang terjadi, tiba-tiba pada suatu hari dompet saya kembali dan diantar ke rumah oleh polisi. Kok bisa? Ternyata ada yang menemukannya dan menyerahkannya ke polisi. Saya tak terbayang kalau ini kita terjadi di Indonesia, p asti tak akan kembali. Kok bisa ya di negeri kapitalis ini kejujuran lebih baik daripada di Indonesia yang negeri beragama".

Selanjutnya, beliau melanjutkan tentang bagaimana peran guru dalam menjadi agen pendidikan anti korupsi. Pak Ahmad Nuruddin melanjutkan cerita tentang anaknya yang awalnya sekolah di Amerika, kemudian pindah ke Jakarta lalu ke Bandung. Saat di Amerika, anaknya sangat semangat dan senang belajar. Kembali ke Indonesia, awalnya dia semangat belajar, kemudian mogok belajar.... kenapa?
Ada kejadian suatu hari di sekolah, sebelum guru masuk anak-anak berlarian, bermain, naik ke meja dan sebagainya. tiba-tiba datang guru. Apa yang terjadi? semua siswa pun diam. dan ibu guru dengan nada marah, menasehati anak-anak. Salah satu nasehatnya. "Anak-anak, kalau mau duduk gunakan kursi, sedangkan meja bukan untuk duduk tapi untuk membaca, menulis dsb"...
pelajaran pun berlangsung, kemudian guru-guru berjalan-jalan di antara lorong kelas sampai akhirnya tiba-tiba dia duduk di meja. Apa yang terjadi. Seorang siswa, mengacungkan tangan, dan kemudian diberi kesempatan untuk bertanya. Ternyata dia tidak bertanya tapi mengungkapkan: "tadi ibu mengatakan meja bukan untuk duduk, tapi kenapa ibu duduk di meja? " tanya anak ini. Gurunya ternyata tidak terima protes gurunya dan siswa itu pun dimarahi.
Saat bel istirahat berbunyi, anak ini langsung pulang dan sejak saat itu tidak masuk ke sekolah lagi. Dia MOGOK. Dia SANGAT KECEWA. Apa yang diucapkan oleh guru, dilanggar sendiri oleh guru. Gurunya tidak konsisten. TIDAK JADI TELADAN. Begitu pentingnya posisi guru, bisa membuat seorang anak jadi kecewa, bisa juga jadi bersemangat. PEndidikan Nilai pun membutuhkan KETELADANAN.
Seorang teman pernah berucap : PENDIDIKAN NILAI ITU PENDIDIKAN "INILAH", BUKAN PENDIDIKAN "ADALAH". Maksudnya, kalau "inilah", konkrit, nyata dan terlihat. kalau "adalah", hanya ada di teori.

Pelatihan pun terus berlangsung, dan bulan April akan dibuka lagi untuk guru-guru SMP, MTS, SMA, SMK, MA.
Alumni angkatan pertama diharapkan dipilih untuk menjadi trainer dan terus digulirkan melalui kerja sama dengan komunitas lain untuk mengadakan pelatihan ini. Dan minimal KPK akan membantu penyediaan modul dan hand out.
Peluang bagi Klub Guru, PGRI, FGII, dan semua pihak yang ingin MENYELAMATKAN BANGSA INI DARI KORUPSI MELALUI PENDIDIKAN.

Selanjutnya acara masuk ke sesi awal dengan pemutaran film tentang KORUPSI. Film ini menggali persepsi masyarakat umum apakah korupsi itu. Lalu para peserta diharapkan menuliskan harapan dan keinginannya agar bangsa ini bebas dari korupsi melalui dunia pendidikan. Hal yang menarik pada saat para guru berdiskusi mengidentifikasi bentuk korupsi di sekolah. Ternyata banyak, mulai dari penjualan buku yang di mark up, sampai penandatanganan kuitansi kosong, dan beragam lainnya. Seorang peserta merasa takut karena korupsi juga mulai mendekati dia, apalagi dengan anggaran pendidikan yang 20 %.

Tidak ada komentar: