Rabu, 03 Desember 2008

Sang Militan Pendidikan

Sabtu, 8 nop lalu, saya sangat bersyukur diundang oleh HIMPAUDI Kabupaten Tasikmalaya. Acaranya Teacher Motivation Forum. Saya bertemu dengan sekitar 250 orang guru PAUD dan acara di dalam masjid, bukan di ruangan ber AC. Acara dengan guru-guru dari jam 9.10 - 12.30.
Yang membuat saya bersyukur saat berdua dengan ketua panitia, makan siang sambil ngobrol.... Luar biasa militannya sang ketua ini, di lingkungan sekolah PAUD nya yang punya 10 orang guru, dia sendirian yang laki-laki....
Kemudian, dia mengurus PAUD yang ada di kampung-kampung di kabupaten tasikmalaya. Beliau bercerita sedang mengajukan data ke dinas pendidikan agar guru-guru PAUD dapat bantuan Rp. 200.000,- per orang karena memang guru-guru PAUD sering digaji alakadarnya (ada yang 50.000 sebulan).
Dia nyatakan di depan para peserta, tidak akan ada pemotongan bantuan jika nanti cair....
Nah, dia pun cerita bahwa kalau lewat dinas pendidikan sering ada pemotongan. Dan di acara itu, dari dinas pendidikan juga datang dan sempat 'mengajari' beliau agar tiap guru dipotong 50.000,-. Kan lumayan, kalau ada 200 orang guru, bisa dapat 10 juta....
Apa jawaban beliau, saya tidak tega, gaji mereka sudah kecil, kok kita teganya memotong lagi... Untung beliau punya prinsip dan tidak takut dijadikan 'musuh' oleh dinas pendidikan.

Mental umum dinas pendidikan kita ternyata seperti itu. di bandung pun ada kepala sekolah yang pernah cerita, dapat bantuan untuk sekolah gratis yang dia dirikan, dipotong juga sama dinas pendidikan (tega nian, tidak pandang bulu). Dan tidak ada pilihan lain karena kalau tidak dipotong tidak akan cair...

KEmbali ke militansi tokoh yang saya ceritakan di awal.
Di usianya yang 35 tahun dan memilih jalan pendidikan tanpa dana yang banyak karena sekolahnya juga bukan untuk orang kaya, saya bertanya, apa bisnisnya agar ada juga penghasilan lain? Dia ternyata melayani pemasangan dan servis wartel. Kok bisa, padahal dia sarjana agama.... Lalu, sekarang juga bisnis air oksigen....

Akhirnya, militansi beliau dan keteguhannya menjalani dunia PAUD membuatnya dikenal dan dicintai oleh pada guru PAUD bahkan masyarakat sekitar pun mengenalnya dan mungkin satu kota dia mengenal dia. Saya sempat bercanda, kalau saya naik becak dan saya bilang mau ke sekolah dia, pasti semua tukang becak sudah tahu... Jawabannya ia, angkot dan lain juga tahu... Padahal sekolahnya tidak bisa masuk mobil, masuk ke gang kecil .... tapi saat keliling ke fasilitas sekolah, saya kaget.... di sekolah kecilnya itu ada komputer dan software pendidikan dari akal interaktif. Ini bagus untuk anak-anak dan saya dorong PAUD lain agar juga punya komputer walaupun bekas....
Rasanya dan saya yakin banyak orang-orang seperti ini di kampung-kampung yang mungkin tidak banyak kita kenal dan tidak banyak bicara. Mereka lebih senang bekerja dan tidak begitu memikirkan 'uang' karena dia yakin Allah Maha Adil, Maha Kaya, Maha Pengasih dan Penyayang....

Jangan menyerah...
Mari berbuat karena kita hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya.
Bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya....

(tahu kan ini ucapan siapa? .... Pak Harfan di Laskar Pelangi)

Tidak ada komentar: