Rabu, 03 Desember 2008

Belajar dari Laskar Pelangi

Jangan pernah menyerah …
Kita hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya dan bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
(Pak Harfan : Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Belitong di Film Laskar Pelangi)

Itu adalah cuplikan nasehat dari Pak Harfan, Kepala Sekolah di Film Laskar Pelangi saat memberikan nasehat kepada murid-muridnya. Meskipun seluruh muridnya berasal dari kaum dhuafa, miskin dan hanya mampu bersekolah di SD Muhammadiyah yang hampir roboh, Pak Harfan sadar bahwa ada yang tak boleh roboh dari murid-muridnya yaitu semangat, harapan yang tergambar dari ungkapan sederhana “jangan pernah menyerah”…

Demikian pula saat Pak Harfan sedang sibuk membetulkan bangku yang sudah rusak kemudian datanglah temannya dan bertanya “mengapa masih tetap kau petahankan sekolah ini?” Apa jawaban beliau : “ sekolah ini bukan hanya mengejar nilai, tapi juga mendidik hati.. “ Artinya pendidikan yang tidak hanya mementingkan intelektual semat, tetapi juga iman takwa dan akhlak mulia. Di bagian lain juga terungkap bahwa sekolah itu tetap ada untuk membantu mereka yang miskin agar juga tetap bersekolah. Ternyata itu semua dipayungi oleh filosofi hidup ” Kita hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya dan bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya”.

Selanjutnya, sosok yang lebih luar biasa lagi yaitu Bu Muslimah yang meskipun hanya tamatan Sekolah Menengah, tapi semangat juangnya untuk menjadi guru sangat tinggi. Semula mereka hanya bertiga di sekolah, dan kemudian salah seorang guru pun pindah ke tempat lain. Lalu setelah Kepala Sekolah meninggal, tinggallah beliau sendirian mendidik anak-anak yang tergabung dalam Laskar Pelangi dengan karakter yang berbeda-beda. Sungguh sosok guru yang luar biasa, guru yang mampu mendidik dengan penuh dedikasi meskipun tanpa gaji. Guru yang mampu menerapkan ilmu-ilmu pendidikan modern yang baru banyak dipelajari di masa sekarang padahal beliau tak pernah belajar secara khusus tentang itu.

Bu Muslimah telah menerapkan prinsip bahwa setiap anak itu unik, sehingga masing-masing akan tumbuh dengan karakter, minat dan dan bakat yang berbeda. Mahar yang berbakat di seni diberinya peluang dan kepercayaan untuk tumbuh. Lintang yang jago matematika dan sains, didorongnya untuk terus belajar dan menunjukkan kemampuannya sampai berhasil juara di Cerdas Cermat. Bahkan, Harun yang saat ujian matematika hanya mampu menggambar kucing, tetap dihargai dan diberinya raport khusus. Ini lebih luar biasa lagi, beliau telah menerapkan pendidikan inklusi yang baru ada abad XXI ini banyak didengungkan.

Akhirnya, Film Laskar Pelangi yang diambil dari karya Andrea Hirata yang berjudul sama sungguh sangat inspiratif terutama bagi kita para pendidik. Di tengah arus materialisme, kapitalisme dan pragmatisme yang mendera dunia pendidikan kita, film ini membawa pencerahan bahwa menjadi guru itu sangat mulia. Dan kunci itu semua dirangkum dengan sangat baik oleh Nidji dalam lagu Laskar Pelangi berikut ini :

Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya

Laskar Pelangi
Takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada yang Kuasa
Cinta kita di dunia
Selamanya …….

Cinta kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
Tapi cinta lekat di kita

Laskar Pelangi
Takkan terikat waktu
Jangan berhenti mewarnai
Jutaan mimpi di bumi

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada yang Kuasa
Cinta kita di dunia

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada yang Kuasa
Cinta kita di dunia

Selamanya ……. Selamanya

Laskar Pelangi
Takkan terikat waktu

Saya jadi teringat dengan Firman Allah berikut :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al Ankabut : 69)

Syamril

Tidak ada komentar: