Rabu, 03 Desember 2008

Guru Impian (1)

Assalamu ‘alaikum guruku
Setiap saat aku berjumpa denganmu
Setiap saat itu pula kulihat senyummu

Assalamu ’alaikum guruku
Setiap saat engkau mengajariku
Setiap saat itu pula kulihat samudra ilmumu

Assalamu ’alaikum guruku
Setiap saat engkau menasehatiku
Setiap saat itu pula kulihat kemuliaanmu

Assalamu ’alaikum guruku
Setiap saat engkau menyeruku
Setiap saat itu pula kulihat wibawamu

Assalamu ’alaikum guruku
Setiap saat engkau menyapaku
Setiap saat itu pula kulihat kasih sayangmu


Itulah puisi yang dibuat oleh seorang guru dari MI Miftahul Huda Cikadut Bandung saat acara Teacher Motivation Goes to School yang diadakan tanggal 10 Juli 2008. Puisi ini menceritakan Guru Impian yang didambakan seorang siswa. Tulisan ini akan mencoba membahas secara berseri dan di bagian pertama yaitu Guru yang Ramah dan Murah Senyum.

Apakah benar siswa berharap bertemu dengan guru yang ramah penuh senyuman? Apa efek senyuman itu? Nah, jika coba tanya kepada siswa, apa ciri pertama guru yang diidolakan, biasanya jawabannya guru yang ramah, tidak sombong dan baik hati. Guru yang ramah, memberi senyuman yang tulus yang selalu teringat dan membekas di hati. Akibatnya akan sungguh luar biasa karena siswa akan selalu merasa nyaman belajar dan terus merindukan saat-saat bersama gurunya. Semangat untuk kembali ke sekolah dengan penuh kegembiraan dan tanpa ketepaksaan.

Bagaimana dengan kita sebagai guru? Apakah senyum ini masih terus ada di diri kita dalam setiap kondisi dan keadaan? Jangan sampai senyum itu hanya ada di tanggal 1 tiap bulan saat masih banyak uang di kantong. Lalu kemudian mulai menghilang di tanggal 15 karena uangnya mulai menipis? Apakah senyum ini masih terus kita tebarkan ke anak didik kita setiap hari dengan penuh keikhlasan? Jangan sampai senyum yang ditebarkan seperti senyum pramugari di saat kita masuk ke pesawat terbang. Senyum karena prosedur pelayanan. Tentu kita ingin senyum karena ikhlas karena senyum yang ikhlas akan menjadi shadaqah. Oleh karena itu mari biasakan untuk tersenyum yang keluar dari hati yang tulus. Asal jangan senyum sendirian, khawatir dianggap kurang waras.
Lebih lanjut tentang senyum yang ’ideal’ dapat dicermati dari lagu di bawah ini :

SENYUM (Raihan)

Manis wajahmu kulihat di sana,
apa rahasia yang tersirat
Tapi zahirnya dapat kulihat,
Mesra wajahmu dengan senyuman
Senyuman …. senyuman

Senyum tanda mesra, senyum tanda sayang,
Senyumlah sedekah yang paling mudah.
Senyum diwaktu susah tanda ketabahan,
Senyuman itu tanda keimanan
Senyumlah …. Senyumlah…. Senyumlah …. Senyumlah

Hati yang gundah terasa tenang,
bila melihat senyum.
Tapi senyumlah seikhlas hati
Senyuman dari hati jatuh ke hati.
Senyumlah …. senyumlah

Senyumlah seperti Rasulullah…
Senyumnya bersinar seperti cahaya
Senyumlah kita hanya karena Allah
Itulah senyuman bersedekah
Senyumlah …. Senyumlah … Senyumlah …. Senyumlah

Senyumlah sedekah yang paling mudah
Tiada terasa terhutang budi
Ikat persahabatan antara kita
Tapi senyum jangan disalah guna
Senyumlah …. Senyumlah … Senyumlah …. Senyumlah

Wallaahu a’lam bishshawab
Syamril

Menjelang dhuhur, di Masjid Salman ITB
Tanggal 25 Oktober 2008

Tidak ada komentar: