Selasa, 04 November 2008

Vice President Sederhana

VP kok naik KRL,memalukan ...> > Tuan Gafar karena pengalamannya dalam urusan kemasyarakatan> dan relasinya yg luas, disewa oleh sebuah perusahaan energi> berskala besar untuk mengurusi CSR-nya. CSR itu singkatan> dari Corporate Social Responsibility, tempat dimana> perusahaan berupaya menunjukkan sikap humanisnya. Di negara> kampiun kapitalis, makin bagus CSR dikelola, makin mahal> harga sahamnya.> > Tuan Gafar diangkat menjadi pejabat CSR setingkat Vice> Presiden (VP), di atasnya adalah setara direktur atau senior> vice presiden (SPV). Salah satu hak istimewa Tuan Gafar> adalah parkir mobil diplataran yg tak kehujanan dan> kepanasan, bahkan banyak priviles lain didapat.> > Dasar orang udik, Gafar tidak senang dengan kemacetan> Jakarta, sehingga jarang menunggang Kijang-nya menuju kantor> dan lebih suka ber KRL dan kadangkala dicampur dengan ojek,> sesekali berTaxi. Jika membawa Kijang, dia parkir di> Ragunan, lantas disambung menumpang bus trans jakarta,> berdempetan dg karyawan yang berkantor di Kuningan Rasuna> Said.> > Ternyata, kelakuan Gafar oleh kolega dan anak buahnya,> dianggap memalukan Institusinya "kok VP naik KRL, pak> Gafar mesti dibelikan kendaraan yg representatif dan dikasih> supir" begitu kolega barunya berucap.> > Itu kejadian nyata dan meskipun saya tidak heran dengan> pendapat koleganya yg notabene punya wewenang melengkapi> kendaraan pak VP, namun saya agak heran, mengapa naik KRL> ber AC dari stasiun yg juga tidak jorok masih dianggap tidak> representatif ? > > Arifin Panigoro bercerita, bahwa nilai yg dianut di negara> Eropa sudah berubah, bermewah mewahan dengan kendaraan sdh> memalukan, karena perilaku itu hanya milik putra putri> kepala negara yg terusir karena korup dan pejabat korup> negara berkembang.> > Kemewahan mereka adalah naik kendaraan umum, seperti naik> kereta bawah tanah yang di Paris dan London termasuk terbaik> di dunia, kadang mereka mengendarai mobil, namun bermesin> kecil. Jadi persepsi kolega tadi masih "jadul".> > Mungkin kolega tuan Gafar dan bawahannya terbiasa dengan> simbol simbol itu, persis di dunia militer, jika sudah> Jendral, wajib berkendaraan sedan minimal bermesin 2 liter> dikawal ajudan dan supir. Untuk Panglima lain lagi> protokolnya.> > Jika protokol itu wajib, kasian juga tuan Gafar. Itu kan> seperti orang Badui diwajibkan pake sepatu, atau suku dani> berkoteka disuruh bersarung dan santri yg terbiasa sarungan> diwajibkan bercelana. Risi dan kurang sreg, serta kagok plus> tidak "merdeka" gitu.> > Lagian VP kok naik KRL, nyusahin diri aja, pake ngantri di> Trans Jakarta pula. Untung kolega dan bawahannya belum tau> bahwa Gafar juga senang bersepeda ke kantor, alamak !! VP> perusahaan buesar kok ngonthel, ada ada saja.> > Nanang> 4/11/08> Depok> > email: nanang@sepedauntuks ekolah.org>

Tidak ada komentar: