Jumat, 19 Juni 2009

Pendidikan Takwa

LATAR BELAKANG

Sebagai bangsa yang religius dan agamis, pendidikan di Indonesia tak dapat dilepaskan dari ajaran agama dan kehidupan umat agama. Penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 85 % beragama Islam. Berarti mayoritas pelaku pendidikan adalah umat Islam. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mencoba menggali paradigma pendidikan Islam berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. Diharapkan melalui paradigma ini, pengelolaan pendidikan di Indonesia akan diwarnai oleh nilai-nilai agama Islam yang tujuan utamanya mewujudkan manusia bertakwa sebagai manusia paling mulia yang sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional.

Masalah : Kondisi Umum Pendidikan dan Nilai-nilai Agama Islam
Kualitas SDM Indonesia yang diukur dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang meliputi PDB per kapita angka harapan hidup, angka melek huruf, dan angka partisipasi pendidikan belum seperti yang diharapkan. Berdasarkan Human Development Report 2007, IPM Indonesia menempati urutan ke 107 dari 177 negara. Begitu pula menurut Indeks Pembangunan Gender (Gender Related Develompment Index, GDI) Indonesia hanya menempati urutan ke 91 dari 144 negara. Tingkat kemajuan iptek nasional juga belum memuaskan, karena pada tahun 2001 Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) Indonesia berada pada urutan 60 dari 72 negara. Meskipun kontribusi pendidikan terhadap IPM, GDI, dan IPT merupakan bagian kecil dari keseluruhan kondisi masyarakat kita, namun perlu perhatian dan dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sementara laporan yang dikeluarkan oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement) berdasarkan hasil studi yang dikenal dengan TIMSS (The Trends in Internationla Mathematic and Science Study [2007]) menunjukkan bahwa untuk bidang matematika, siswa SMP kelas 2 di Indonesia berada pada peringkat ke-36 dari 48 negara. Sedangkan untuk bidang sains, siswa Indonesia pada tingkat yang sama berada pada urutan ke-35 dari 48 negara. Indikator-indikator tersebut menunjukkan bahwa kondisi dan kualitas pendidikan kita memerlukan penanganan yang lebih serius dan terfokus.
Di sisi lain pada aspek moral spiritual, ternyata bangsa Indonesia juga memiliki prestasi yang mengecewakan yang dapat dilihat dari kondisi berikut :
Corruption Country ; dari survey tahun 2004, 2005, 2006 yang diadakan oleh PERC ternyata Indonesia menempati rangking pertama korupsi di Asia. Sejak tahun 2004, sebanyak 4.348 perkara korupsi telah disidik Kejaksaan, Kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (Jurnalnasional.com, 9/12/2008). Namun, menurut Direktur HAM Bappenas, Diani Sadiawati, hingga tahun 2006, dari jumlah kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, baru satu persen yang berhasil diselesaikan oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK). Menurutnya, saat ini di Indonesia masih terjadi kebocoran dana pembangunan 45-50 persen. Sebagian besar terkait dengan pengadaan barang dan jasa untuk pemerintah/negara. Padahal dalam APBN/APBD tahun 2007 saja dana untuk pengadaan barang/jasa Pemerintah itu sebesar Rp 230 triliun (Tempointeraktif, 6/12/2006).
Dalam hal penyalahgunaan narkoba, National Drug Abuse Prevention Center (NDPC) pada tahun 2000 lalu dari 4 juta pecandu narkoba, 70 % merupakan anak usia sekolah (14 hingga 20 tahun). Menurut Mangku Pastika, berdasarkan survei BNN 2006, dari 19 juta siswa SMP dan SMA, yang terkena narkoba sebanyak 1,1 juta (Okezone.com, 14/2/2009).
Pada sisi pergaulan bebas remaja juga ditemukan kondisi :
Pornoaksi sudah biasa disuguhkan ke hadapan masyarakat di televisi sebagai salah satu menu utama acara-acara hiburan, bahkan dalam tayangan-tayangan iklan. Adapun terkait pornografi, Indonesia sudah sejak beberapa waktu lalu dinilai sebagai ’surga pornografi’ kedua setelah Rusia. Di dunia cyber, menurut Sekjen Aliansi Selamatkan Anak Indonesia, Inke Maris, Indonesia menduduki peringkat ketiga pengakses internet dengan kata seks (Republika, 22/9/2008).
Pornografi/pornoaksi tentu memicu kejahatan lain, utamanya seks bebas. Di Indonesia, seks bebas mencapai 22,6%. Ironisnya, sebagian besar dilakukan anak-anak remaja. Seks bebas tentu menaikkan angka kehamilan di luar nikah. Di Indonesia kehamilan remaja di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama suka sebanyak 12,9% dan ‘tidak terduga’ sebanyak 45% (Indofamily.net, 1/8/2008).
Akibat langsung dari hamil di luar nikah di kalangan remaja adalah maraknya kejahatan aborsi (pengguguran kandungan). Saat ini di Jawa Barat saja, angka aborsi remaja mencapai 200 ribu kasus pertahun. Secara nasional, jumlah remaja yang melakukan praktik aborsi mencapai 700-800 ribu remaja dari total 2 juta kasus aborsi (Detik.com, 9/4/2009).
Secara nasional, berdasarkan data ILO, pada 2002-2006 saja ditemukan sebanyak 165 ribu pelacur. Sekitar 30 persennya atau 49 ribu jiwa adalah anak di bawah usia 18 tahun (Tempointeraktif, 8/2/2007).
Seks bebas dan pelacuran tentu sangat dekat hubungannya dengan kasus HIV/AIDS. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menyebutkan bahwa seks bebas kini menjadi penyebab utama (55%) dari HIV/AIDS, selain narkoba (42%). (Aids.indonesia.or.id, 5/5/2009).


Kunci : Pendidikan Islam

Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Yang Menciptakan manusia dari segumpal darah,
Bacalah, dan Tuhanmu yang Maha Mulia
Yang Mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam,
Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya
(Q.S. Al Alaq : 1-5).

Perintah pertama yang turun kepada Rasulullah Muhammad SAW yaitu ”membaca”. Kemudian sifat Allah kedua yang diperkenalkan yaitu Maha Mulia karena mengajar. Berarti sejak awal Allah sudah memerintahkan untuk memperhatikan belajar dan mengajar. Pendidikan untuk melahirkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Kunci maju mundurnya suatu bangsa yaitu pendidikan. Sejarah menunjukkan bangsa-bangsa yang maju meskipun sebelumnya telah hancur, namun dapat bangkit kembali karena memperhatikan pendidikan. Jepang yang kalah pada Perang Dunia II dalam waktu kurang dari 20 tahun, dapat maju dan menguasai industri dunia menjadi bukti. Saat Jepang hancur, Kaisar Jepang tidak bertanya jumlah Jenderal yang masih hidup tetapi yang ditanyakan adalah jumlah guru yang dimiliki. Maka dimulailah pembangunan Jepang dengan pendidikan yang berkualitas. Akhirnya Jepang pun kembali tampil sebagai negara besar. Hal itu pun terjadi di negara jiran Malaysia, juga Korea dan Cina. Ternyata terbukti bahwa negara yang memperhatikan pendidikan akan menjadi negara yang jaya.
Demikian pula dengan bangsa Indonesia yang terus mencoba berbenah melepaskan diri dari berbagai permasalahan. Jika ingin bangkit, maka tidak ada jalan lain kecuali memperhatikan pendidikan. Dengan pendidikan yang berkualitas maka akan lahir generasi berkualitas sebagai pemimpin bangsa di masa kini dan masa datang.

Pandangan Islam tentang Pendidikan
Pendidikan atau Al Tarbiyah menurut pandangan Islam, adalah merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia. Allah adalah Rabb al’alamin, juga Rabb al nas. Tuhan adalah yang mendidik makhluk alamiah dan juga yang mendidik manusia. Karena manusia adalah khalifah Allah, yang berarti manusia mendapat kuasa dan limpahan wewenang dari Allah untuk melaksanakan pendidikan terhadap alam dan manusia, maka manusialah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan tersebut.
Istilah ”tarbiyah” sebagai sebuah konsep dapat dipahami dengan meneliti asal katanya, yaitu ”rabwah” yang berarti ”tanah yang meninggi” atau ”bukit”. (Q., 2:256 dan 23:50 cf., Muhammad ibn Abi Bakr ibn Abd-al-Qadir al-Razi, Mukhtar al-Shihah). Maka perkataan ”tarbiyah” yang merupakan masdhar (verbal noun) dari kata kerja rabba-yurabbi mengandung makna dasar ”meningkatkan”. Dalam hal ini ialah meningkatkan potensi manusia.

Pandangan Islam terhadap Manusia
Bagaimana prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap manusia? Secara lengkap diuraikan oleh Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany (1979) dalam buku ”Falsafah Pendidikan Islam” halaman 101 – 161 yang disarikan sebagai berikut :
Prinsip pertama : keyakinan tentang manusia itu makhluk yang termulia dari segenap makhluk dan wujud lain yang ada di alam jagat ini. Dapat dilihat pada Q.S. Al Isra’ : 13, Al Qiyamah :10-14, An Nazi’at : 35, Al Fajr :23, Zilzalah : 3, Al Isra’ : 62, Al Isra’ : 70,
Prinsip kedua : keutamaan lebih diberikan kepada manusia dari makhluk lain. Manusia dilantik menjadi khalifah di bumi untuk memakmurkannya. Diberikan pula kebebasan dan tanggung jawab memiliki serta memelihara nilai-nilai keutamaan. Dapat dilihat pada Q.S. Al Ahzab : 72, Al Baqarah : 29, Al Mulk : 15, Al Baqarah : 30-31, Al Hujuurat : 13.
Prinsip ketiga : bahwa insan sebagai makhluk sosial yang berbahasa, boleh menggunakan bahasa sebagai media berfikir dan berhubungan. Ciri pertama : daya untuk bertutur. Ciri kedua : kecenderungan insan beragama. Ciri ketiga : kecenderungan moral. Ciri keempat : kecenderungan bermasyarakat. Semuanya dapat dilihat pada Q.S. Ar Rahman : 4, Al Baqarah : 30-33, Adz-Dzariyat : 56, Al Anbiya’ : 25, Al Nahl : 36, Al Qashash : 77.
Prinsip keempat : kepercayaan bahwa insan mempunyai tiga mrata (dimensi) yaitu badan, akal dan ruh. Kemajuan, kebahagiaan dan kesempurnaan manusia banyak bergantung pada keselarasan dan keharmonisan ketiga dimensi itu. Dapat dilihat pada Q.S. Al Qashash : 77, Al A’raf : 31-32, Al Hijr : 29.
Prinsip kelima : meyakini bahwa insan dengan seluruh perwatakan dan ciri pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua faktor yaitu warisan dan lingkungan. Dapat dilihat pada Q.S. An Nahl : 78, Ar-Ruum : 30, Al Insaan : 2-3, al Balad : 8-10, Asy-Syams : 7-10, Al Baqarah : 221.
Prinsip keenam : menginsafi bahwa manusia mempunyai motivasi, kecenderungan, dan kebutuhan permulaan baik yang diwarisi atau yang diperoleh dalam proses sosialisasi. Yaitu yang diperoleh ketika berinteraksi dengan elemen lingkungan yang bersifat benda, manusia atau kebudayaan. Dapat dilihat pada Q.S. Al A’raf : 189, Hud : 9-10, Fushilat : 51, al Hujurat : 13.
Prinsip ketujuh : menginsafi bahwa manusia – meskipun dalam beberapa ciri dan sifat ada persamaan lantaran hubungan kemanusiaan yang menghubungkan antara mereka dan lantaran persamaan kebudayaan dan peradaban – namun terdapat titik-titik perbedaan dalam banyak sifat. Dapat dilihat pada Q.S. Al Baqarah : 247, Al An’am : 165, An Nahl : 71, Saba’ : 36, Az Zukhruf : 32, Al Baqarah : 253.
Prinsip kedelapan : meyakini bahwa watak insan ialah luwes, lentur. Boleh dilentur, dibentuk dan diubah. Dapat dilihat pada Q.S. Al Insaan : 3, Asy Syams : 7.

Manusia Sempurna Menurut Islam
Ciri-ciri manusia sempurna menurut Islam diuraikan oleh Prof. Dr. Ahmad Tafsir (1992) dalam buku “Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” sebagai berikut :
1. Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan. Dapat dilihat pada Q.S. Hud : 37, al Anbiya : 80.
2. Cerdas serta pandai. Dapat dilihat pada Q.S. Az Zumar : 9, Al Fathir : 28, Al Mulk : 10, Al ankabut : 43. Adapun ciri-cirinya yaitu :
mampu menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat;
mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis;
memiliki dan mengembangkan sains;
memiliki dan mengembangkan filsafat.
3. Rohani yang berkualitas tinggi yaitu hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah. Dapat dilihat pada Q.S. Al Hujuurat : 14, Al Ma’idah : 41. Cirinya yaitu :
a. dengan sukarela melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya;
b. hati yang berkemampuan berhubungan dengan alam gaib.

Selanjutnya, Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat merumuskan manusia sempurna sebagai ulul albab yaitu cendekiawan Islam dengan ciri-ciri :

KUALITAS ILMU

Bersungguh-sungguh mencari ilmu dan dapat mengambil pelajaran atau hikmahnya.
“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata “ kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (Q.S. 3 :7)
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (Q.S. 3 : 190)
“ Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu dialirkannya air itu ke dalam bumi dan menjadi mata air , lalu iar itu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam warnanya; lalu tetumbuhan itu menjadi layu sehingga engkau melihat warnanya yang kekuning-kuningan, lalu Ia membuatnya hancur. Sesungguhnya dalam gejala itu terdapat tanda peringatan bagi orang yang berakal. (Q.S. 39 : 21)
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali ulul albab. (Q.S. 2 : 269)
“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah, dan mereka itulah ulul albab. (Q.S. 3 : 7)

Dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah sejarah kejadian masa lampau
“Sesunguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal. ….” (Q.S. 12 : 111)
Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran”. (Q.S. 38 : 43)


B. KUALITAS AMAL JIHADIYAH

Mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian ia pilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu.
“Katakanlah, “ tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allahhai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”. (Q.S. 5 : 100)

Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi, atau dalil yang dikemukakan orang lain.
“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah Diberi Allah Petunjukdan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (Q.S. 39 : 18)

Bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya, memberikan peringatan, tampil di hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di tengah-tengah masyarakat.
“(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang berakal mengambil pelajaran”. (Q.S. 14 : 52)

6. Memiliki komitmen perjuangan pada nilai-nilai Islam dan dapat menjadi integrator dan pemersatu umat.
“…Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan…” (Q.S. 13 : 19 – 21)

Tekun, konsisten, teguh pendirian, tabah, tahan menghadapi ujian, ikhlas karena Allah
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya…” (Q.S. 13 : 22)

Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan, kemandirian dana dalam berjuang, menunjukkan keunggulan akhlak dan argumentasi ilmiah.
“ …mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan, serta menolak kejahatan dengan kebaikan ….. (Q.S. 13 : 22 )

C. KUALITAS IMAN

Memperhatikan ayat-ayat Al Qur’an dan mengambil pelajaran darinya.
“ Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”. (Q.S. 38 : 29)

Tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah dan takut kepada azab-Nya.
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal”. (Q.S. 2 : 197)
“ Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman”.
(Q.S. 65 : 10)
“ … dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”
(Q.S. 13 : 21)

Rajin bangun tengah malam untuk untuk bersujud dan ruku’ di hadapan Allah
“Apakah orang yang bangun di tengah malam, lalu bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya; samakah orang yang berilmu seperti itu dengan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh peringatan seperti itu kecuali ulul albab”. (Q.S. 39 : 9)


Tujuan Pendidikan Islam
Al-Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi :
Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki ntuk hidup di dunia dan di akhirat.
Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Menurut Quthb tujuan umum pendidikan ialah manusia yang takwa. Sesuai dengan firman Allah berikut :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al Hujuraat : 13)

Ciri orang bertakwa dapat dalam Al Qur’an sebagai berikut :
yang menuju keampunan Tuhan,
yang mengorbankan hartanya dengan tidak memandang keadaan,
yang sanggup menahan amarahnya,
yang memaafkan kesalahan orang lain,
tidak menganiaya diri sendiri,
yang berbuat kebaikan kepada orang lain,
setiap berbuat kesalahan segera ingat kepada Allah lalu meminta ampun,
yang tidak mengulang kembali kesalahan yang diketahuinya.

Dapat dilihat pada al Qur’an Surat Ali Imran : 133 – 135 :
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

Kesimpulannya ialah tujuan umum pendidikan Islam ialah Muslim yang sempurna, atau manusia takwa, atau manusia beriman, atau manusia yang beribadah kepada Allah.

UMMAT TERBAIK
Selanjutnya dari sisi masyarakat, diharapkan dapat melahirkan umat yang terbaik.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf (humanisasi), dan mencegah dari yang mungkar (liberasi), dan beriman kepada Allah (transendensi). (Q.S. 3 : 110)

Dari Firman Allah tersebut dapat dijelaskan tiga ciri umat yang terbaik atau bangsa yang bermartabat yaitu :
Menyuruh kepada yang makruf (humanisasi), adalah memanusiakan manusia yang telah mengalami proses dehumanisasi karena masyarakat industrial menjadikan manusia sebagai bagian dari masyarakat abstrak tanpa wajah kemanusiaan. Manusia mengalami objektivikasi ketika berada di tengah-tengah mesin-mesin politik dan mesin-mesin pasar. Ilmu dan teknologi juga telah membantu kecenderungan reduksionistik yang melihat manusia secara parsial.
Mencegah dari yang mungkar (liberasi), adalah pembebasan bangsa dari kekejaman kemiskinan, keangkuhan teknologi yang memperangkap manusia dalam kesadaran teknokratis, dan pemerasan oleh kekuatan ekonomi raksasa serta membebaskan diri dari belenggu yang kita bangun sendiri.
Beriman kepada Allah (transendensi), adalah menambahkan dimensi transendental dalam kebudayaan yang telah menyerah kepada arus hedonisme, materialisme, dan budaya yang dekaden. Oleh karena perlu dilakukan pembersihan dengan mengingatkan kembali dimensi transendental yang menjadi bagian sah dari fitrah kemanusiaan, sehingga terasa kembali dunia ini sebagai rahmat Tuhan. (Kuntowijoyo, 1994)

Pendidikan Nasional
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1).
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya Pasal 2 tentang Fungsi dan Tujuan : ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Selanjutnya dari Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional (2004) dirumuskan tentang tujuan pendidikan transformatif yaitu melahirkan insan cerdas komprehensif dan kompetitif. Cerdas komprehensif yaitu :
Cerdas Spiritual (Olah Hati) : beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul.
Cerdas Emosional (Olah Rasa) : beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya.
Cerdas Sosial : beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang:
membina dan memupuk hubungan timbal balik;
demokratis;
empatik dan simpatik;
menjunjung tinggi hak asasi manusia;
ceria dan percaya diri;
menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta
berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara.
Cerdas Intelektual (Olah Pikir) : Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif;
Cerdas Kinestetis (Olah Raga) : Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas; aktualisasi insan adiraga.

Kompetitif yaitu memiliki :
Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan
Bersemangat juang tinggi
Mandiri
Pantang menyerah
Pembangun dan pembina jejaring
Bersahabat dengan perubahan
Inovatif dan menjadi agen perubahan
Produktif
Sadar mutu
Berorientasi global
Pembelajar sepanjang hayat

Tahapan Pendidikan Takwa
Bagaimana caranya agar tujuan mulia pendidikan dapat terwujud ? Imam Al Ghazali dalam kitab Tazkiyatun Nafs nya membagi tangga menuju takwa terdiri atas lima tingkatan dan dilakukan modifikasi dan kontekstualisasi yaitu :
1. Mu’ahadah : perjanjian yaitu menguatkan kembali niat dan komitmen bahwa segala yang dikerjakan adalah semata-mata karena Allah sehingga tujuan demi kebaikan serta pelaksanaan juga akan sebaik-baiknya karena merupakan ibadah dan persembahan kepada Allah.
2. Muhasabah : penghitungan yaitu evaluasi diri di awal pekerjaan berbasis data yang akurat dan objektif untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan sehingga menyusun target betul-betul realistis dan menantang dan dapat dicapai dengan penuh antusias. Evaluasi juga terus dilakukan saat pelaksanaan pekerjaan untuk menghadapi dan mengantisipasi segala kendala yang ada untuk selanjutnya disiasati dengan cerdas sehingga target tetap dapat tercapai.
3. Mujahadah : kesungguhan yaitu mengerjakan rencana dengan penuh kesungguhan melalui pengerahan secara optimal segala potensi yang dimiliki baik sumber daya manusia, material, mesin, metode dan dana.
4. Muraqabah : pengawasan yaitu dalam melaksanakan pekerjaan diperlukan pengendalian untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang salah. Hal ini terbagi atas dua hal yaitu :
· Kontrol yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Seseorang yang yakin bahwa Allah pasti mengawasi hamba-Nya, maka ia akan bertindak hati-hati. Allah SWT berfirman :

” Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. .... ” (Q.S. Al Mujadalah : 7)

Rasulullah SAW bersabda :

”Bertakwalah Anda kepada Allah, di mana pun anda berada”

· Kontrol yang berasal dari luar diri sendiri. Sistem ini dapat berupa mekanisme kontrol dari pemimpin yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang telah didelegasikan, kesesuaian antara penyelesaian tugas dan perencanaan tugas, dan lain-lain.

5. Mu’aqabah : pahala dan siksa yaitu reward and punishment (penghargaan dan hukuman) yang berguna untuk memotivasi. Dalam Islam ada istilah basyir (berita gembira) dan nadzir (berita ancaman) yang dianalogikan dengan penghargaan dan hukuman. Kedua hal ini tidak boleh dipisahkan. Jika yang dilakukan hanya memberi reward saja, maka seseorang akan memiliki semangat untuk melakukan sesuatu karena tujuan jangka pendek. Jika yang dilakukan hanya hukuman saja, maka seseorang cenderung menjadi takut dan tidak berkembang. Lebih jauh lagi, Allah menyiapkan pahala dan dosa, surga dan neraka atas segala aktivitas dan amal manusia. Sehingga yang terbaik untuk ditumbuhkan dalam penghargaan yaitu harapan penghargaan dari Allah dan ketakutan hukuman dari Allah.

Penutup

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
(Q.S. Al A’raf : 96)

Masih ada harapan bagi bangsa Indonesia untuk bangkit menjadi bangsa terbaik jika pendidikan yang dilakukan berdasarkan pada ketakwaan untuk mewujudkan manusia takwa dan umat terbaik. Manusia takwa sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang juga ingin melahirkan manusia takwa.

Wassalam
Bandung, 30 Mei 2009

Syamril

Manusia Takwa dan Cendekia

Manusia Takwa (Muttaqin)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al Hujuraat : 13)

Ciri orang bertakwa dapat dalam Al Qur’an sebagai berikut :
a. yang menuju keampunan Tuhan,
b. yang mengorbankan hartanya dengan tidak memandang keadaan,
c. yang sanggup menahan amarahnya,
d. yang memaafkan kesalahan orang lain,
e. tidak menganiaya diri sendiri,
f. yang berbuat kebaikan kepada orang lain,
g. setiap berbuat kesalahan segera ingat kepada Allah lalu meminta ampun,
h. yang tidak mengulang kembali kesalahan yang diketahuinya.

Dapat dilihat pada al Qur’an Surat Ali Imran : 133 – 135 :
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

Manusia Cendekia (Ulul Albab)
Tanda-tanda Ulul Albab :

KUALITAS ILMU

Bersungguh-sungguh mencari ilmu dan dapat mengambil pelajaran atau hikmahnya.
“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata “ kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (Q.S. 3 :7)
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (Q.S. 3 : 190)
“ Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu dialirkannya air itu ke dalam bumi dan menjadi mata air , lalu iar itu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam warnanya; lalu tetumbuhan itu menjadi layu sehingga engkau melihat warnanya yang kekuning-kuningan, lalu Ia membuatnya hancur. Sesungguhnya dalam gejala itu terdapat tanda peringatan bagi orang yang berakal. (Q.S. 39 : 21)
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali ulul albab. (Q.S. 2 : 269)
“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah, dan mereka itulah ulul albab. (Q.S. 3 : 7)

Dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah sejarah kejadian masa lampau
“Sesunguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal. ….” (Q.S. 12 : 111)
Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran”. (Q.S. 38 : 43)


B. KUALITAS AMAL JIHADIYAH

Mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian ia pilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu.
“Katakanlah, “ tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allahhai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”. (Q.S. 5 : 100)

Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi, atau dalil yang dikemukakan orang lain.
“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah Diberi Allah Petunjukdan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (Q.S. 39 : 18)

Bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya, memberikan peringatan, tampil di hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di tengah-tengah masyarakat.
“(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang berakal mengambil pelajaran”. (Q.S. 14 : 52)

6. Memiliki komitmen perjuangan pada nilai-nilai Islam dan dapat menjadi integrator dan pemersatu umat.
“…Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan…” (Q.S. 13 : 19 – 21)

Tekun, konsisten, teguh pendirian, tabah, tahan menghadapi ujian, ikhlas karena Allah
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya…” (Q.S. 13 : 22)

Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan, kemandirian dana dalam berjuang, menunjukkan keunggulan akhlak dan argumentasi ilmiah.
“ …mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan, serta menolak kejahatan dengan kebaikan ….. (Q.S. 13 : 22 )

C. KUALITAS IMAN

Memperhatikan ayat-ayat Al Qur’an dan mengambil pelajaran darinya.
“ Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”. (Q.S. 38 : 29)

Tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah dan takut kepada azab-Nya.
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal”. (Q.S. 2 : 197)
“ Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman”.
(Q.S. 65 : 10)
“ … dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”
(Q.S. 13 : 21)

Rajin bangun tengah malam untuk untuk bersujud dan ruku’ di hadapan Allah
“Apakah orang yang bangun di tengah malam, lalu bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya; samakah orang yang berilmu seperti itu dengan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh peringatan seperti itu kecuali ulul albab”. (Q.S. 39 : 9)

Pengusaha Buat Sekolah

sabtu itu 28 peb di pagi hari jam 6, saya merasa jenuh, lelah, letih sehingga tak terlalu semangat untuk ngobrol serius, inginnya yang santai aja. sampai akhirnya saya dan rombongan berangkat ke bogor, tepatnya di gunung putri. Rencananya hari itu kami bertemu dengan seorang pengusaha besar yang asetnya mungkin puluhan atau ratusan milyar.
Tibalah pertemuan itu, dan di ruang sederhana di meja dengan beberapa peserta. Pengusaha ini pun mulai bercerita.
"Alhamdulillah selama ini usaha saya lancar, bisnis saya menghasilkan uang yang banyak, sampai ada ungkapan teman, dari lubang semut pun kelua uang. Dengan keuntungan dan materi yang besar itu, hidup saya di dunia ini pun jadi mudah..... Akhirnya dengan mata berkaca dan suara pelan pengusaha ini melanjutkan. .. " Ada yang saya takutkan. Selama ini di dunia hidup saya mudah, saya khawatir hidup saya di akhirat jadi sulit"....
Saya tentu tidak ingin hidup saya di akhirat sulit. Saya pun ingin berbagi. maka gedung sekolah 3 lantai dengan segala isinya inipun saya dirikan. saya wakafkan untuk pendidikan, agar bermanfaat untuk masyarakat sekitar, dan semoga itu dapat membantu saya agar hidup di akhirat juga jadi mudah.....

memang awal kami datang di gedung itu, luar biasa. 3 lantai, di bawah ada kelas, lab komputer, kantin, lantai 2 ada asrama, lab bahasa dan lantai 3 ada aula. sekolah ini belum ada siswa, baru ada gedung dan guru-guru perintis.
jika banyak pengusaha besar yang seperti bapak ini, saya yakin akan banyak sekolah bagus yang bisa berdiri dan dinikmati oleh rakyat miskin.

nah, sepulang dari bogor ini saya jadi semangat lagi. semoga segala aktivitas saya di dunia pendidikan bisa jadi bekal agar kelak hidup diakhirat jadi mudah...

Pendidikan Anti Korupsi

Ahad pagi jam 8.30 Pelatihan Guru-guru Pendidikan Nilai-nilai Anti Korupsi diadakan di GSG Salman ITB, kerja sama KPK dengan LPP Salman ITB. Dana dari KPK, sehingga guru-guru tidak harus bayar atau GRATIS. Mereka dapat hand out, buku-buku, makan siang, snack dsb.

Pelatihan diikuti oleh sekitar 100 orang guru SD dan MI dari berbagai sekolah. Ada yang dari Bandung , Sumedang, Baleendah, Cimahi dan sebagainya.

Hal menarik pada sesi Pembukaan yang disampaikan oleh Dr. Ir. Ahmad Nuruddin (Ketua Pengurus YPM Salman ITB) yaitu cerita pengalaman beliau saat kuliah dan tinggal di Amerika Serikat. “Suatu hari saya kehilangan dompet. Isinya ada uang, kartu pengenal dan dokumen lain yang penting. Saya sudah pasrah dan tidak berharap dapat menemukan kembali dompet tersebut. Namun apa yang terjadi, tiba-tiba pada suatu hari dompet saya kembali dan diantar ke rumah oleh polisi. Kok bisa? Ternyata ada yang menemukannya dan menyerahkannya ke polisi. Saya tak terbayang kalau ini kita terjadi di Indonesia, p asti tak akan kembali. Kok bisa ya di negeri kapitalis ini kejujuran lebih baik daripada di Indonesia yang negeri beragama".

Selanjutnya, beliau melanjutkan tentang bagaimana peran guru dalam menjadi agen pendidikan anti korupsi. Pak Ahmad Nuruddin melanjutkan cerita tentang anaknya yang awalnya sekolah di Amerika, kemudian pindah ke Jakarta lalu ke Bandung. Saat di Amerika, anaknya sangat semangat dan senang belajar. Kembali ke Indonesia, awalnya dia semangat belajar, kemudian mogok belajar.... kenapa?
Ada kejadian suatu hari di sekolah, sebelum guru masuk anak-anak berlarian, bermain, naik ke meja dan sebagainya. tiba-tiba datang guru. Apa yang terjadi? semua siswa pun diam. dan ibu guru dengan nada marah, menasehati anak-anak. Salah satu nasehatnya. "Anak-anak, kalau mau duduk gunakan kursi, sedangkan meja bukan untuk duduk tapi untuk membaca, menulis dsb"...
pelajaran pun berlangsung, kemudian guru-guru berjalan-jalan di antara lorong kelas sampai akhirnya tiba-tiba dia duduk di meja. Apa yang terjadi. Seorang siswa, mengacungkan tangan, dan kemudian diberi kesempatan untuk bertanya. Ternyata dia tidak bertanya tapi mengungkapkan: "tadi ibu mengatakan meja bukan untuk duduk, tapi kenapa ibu duduk di meja? " tanya anak ini. Gurunya ternyata tidak terima protes gurunya dan siswa itu pun dimarahi.
Saat bel istirahat berbunyi, anak ini langsung pulang dan sejak saat itu tidak masuk ke sekolah lagi. Dia MOGOK. Dia SANGAT KECEWA. Apa yang diucapkan oleh guru, dilanggar sendiri oleh guru. Gurunya tidak konsisten. TIDAK JADI TELADAN. Begitu pentingnya posisi guru, bisa membuat seorang anak jadi kecewa, bisa juga jadi bersemangat. PEndidikan Nilai pun membutuhkan KETELADANAN.
Seorang teman pernah berucap : PENDIDIKAN NILAI ITU PENDIDIKAN "INILAH", BUKAN PENDIDIKAN "ADALAH". Maksudnya, kalau "inilah", konkrit, nyata dan terlihat. kalau "adalah", hanya ada di teori.

Pelatihan pun terus berlangsung, dan bulan April akan dibuka lagi untuk guru-guru SMP, MTS, SMA, SMK, MA.
Alumni angkatan pertama diharapkan dipilih untuk menjadi trainer dan terus digulirkan melalui kerja sama dengan komunitas lain untuk mengadakan pelatihan ini. Dan minimal KPK akan membantu penyediaan modul dan hand out.
Peluang bagi Klub Guru, PGRI, FGII, dan semua pihak yang ingin MENYELAMATKAN BANGSA INI DARI KORUPSI MELALUI PENDIDIKAN.

Selanjutnya acara masuk ke sesi awal dengan pemutaran film tentang KORUPSI. Film ini menggali persepsi masyarakat umum apakah korupsi itu. Lalu para peserta diharapkan menuliskan harapan dan keinginannya agar bangsa ini bebas dari korupsi melalui dunia pendidikan. Hal yang menarik pada saat para guru berdiskusi mengidentifikasi bentuk korupsi di sekolah. Ternyata banyak, mulai dari penjualan buku yang di mark up, sampai penandatanganan kuitansi kosong, dan beragam lainnya. Seorang peserta merasa takut karena korupsi juga mulai mendekati dia, apalagi dengan anggaran pendidikan yang 20 %.

Senin, 12 Januari 2009

Bayangkan Apa yang Terjadi (GAZA)

8 Januari 2009

Bayangkan apa yang akan terjadi…
Bayangkan apa yang akan terjadi jika situasi di antara orang Muslim di Gaza dan orang Yahudi di Israel itu terbalik.

Bayangkan apa yang akan terjadi jika negara Israel belum pernah muncul karena mereka kalah dalam "perang kemerdekaan" mereka, yang kemudian mengakibatkan jutaan orang Yahudi terkepung di dalam kamp pengungsi di Tepi Barat dan Gaza. Dengan begitu, negara yang sekarang menjadi Israel malah menjadi negara maju bernama Palestina dan negara itu akan mempunyai kekuasaan penuh secara militer dan ekonomi terhadap pengungsi Yahudi di Gaza dan Tepi Barat. Jalur Gaza malah akan dikenal sebagai "Ghetto Gaza" yang menampung 1,5 juta orang pengungsi Yahudi yang tidak bisa pergi ke mana-mana. (Ini mirip dengan Ghetto Warsaw, semacam penjara yang dibuat oleh tentara Nazi untuk orang Yahudi pada zaman Perang Dunia II).

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika orang Yahudi di Ghetto Gaza tidak dapat lagi menahan penderitaanya di bawah blokade militer dan ekonomi dari orang Muslim di Palestina dan mulai melakukan perlawanan, walaupun mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menang. Pemimpin kaum Yahudi di Kadima (partai poiltik Yahudi yang paling besar di Gaza) mungkin akan mulai mengucapkan kata-kata pemberontakan sebagai usaha melawan penjajah Muslim. Kadima mungkin juga berhasil mendapatkan beberapa roket dan menggunakannya untuk menunjukkan perlawanan mereka terhadap tentara Muslim Palestina yang sudah memblokade orang Yahudi di Ghetto Gaza selama 1,5 tahun, dan sudah menjajah mereka selama beberapa dekade.

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika militer Palestina membalas serangan roket itu dengan menjatuhkan bom di atas semua penghuni Ghetto Gaza selama satu minggu, lalu memasuki Gaza dengan tank, meledakkan banyak gedung, rumah, rumah sakit, sekolah yang berada di bawah perlindungan PBB, dan mengebom semua sasaran lain yang ingin mereka hancurkan. Lalu, tentara Muslim dengan enteng akan mengatakan pada media internasional, "Kita hanya membela diri terhadap serangan Kadima. Mereka adalah teroris. Kita tidak tahu kenapa, tetapi ternyata teroris Kadima itu tidak ingin dipenjarakan untuk jangka waktu tidak terbatas di Ghetto Gaza, dan mereka sudah meluncurkan roket mereka ke Palestina Selatan dari dalam Gaza. Teroris Kadimalah yang melanggar perjanjian gencatan senjata, dan oleh sebab itu kami harus menghancurkan mereka. Kami hanya membela diri. Sepuluh orang Muslim sudah dibunuh oleh teroris Yahudi dan oleh karena itu kami berhak membalas serangan mereka itu dengan membunuh 760 orang Yahudi dan melukai 3.000 orang lain. Satu nyawa Muslim setara dengan seratus orang Yahudi."

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika Rusia (yang akan mengambil posisi Amerika Serikat sebagai pelindung Israel sekarang) secara terus-menerus mengunakan kekuasaan vetonya di Dewan Keamanan untuk menghalangi pernyataan resmi dari PBB yang mengecam tindakan Palestina terhadap warga sipil Yahudi di Gaza. Apa yang akan dikatakan oleh Amerika Serikat jika Rusia terus-menerus membela semua tindakan yang dilakukan oleh Palestina dan bersikeras bahwa negara Palestina mempunyai hak untuk membela diri terhadap serangan roket Kadima, walaupun hal itu mengakibatkan kematian ratusan penduduk Yahudi sipil yang tidak berdosa di Gaza?

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan dikatakan Amerika Serikat dan Uni Eropa jika Rusia mengeluarkan pernyataan resmi yang mengatakan, "Kami tidak punya masalah dengan penduduk sipil Yahudi di Ghetto Gaza. Bukan mereka yang menjadi masalah, tetapi Kadima yang menjadi masalah. Mereka adalah teroris. Kami tidak akan bernegosiasi dengan teroris. Kadima harus dihancurkan. Semua pengungsi Yahudi di Gaza tidak mempunyai hak untuk menyerang orang Muslim di Palestina dari dalam Ghetto Gaza. Ini adalah perang dari kami untuk melawan teror. Orang Yahudi adalah teroris. Orang Yahudi tidak diizinkan untuk memberontak sedikitpun terhadap penjajah Muslim dari Palestina."

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika semua pemerintah negara barat di Eropa, Inggris, dan Amerika melihat lebih dari 760 orang Yahudi dibunuh di Gaza dan 3.000 orang lain kena luka-luka dalam waktu hanya 13 hari saja, di mana sebagian besar di antara mereka adalah penduduk sipil dan sekitar 30% dari mereka adalah anak kecil yang tidak berdosa. Barangkali dunia akan menonton saja pembantaian itu yang dilakukan oleh tentara Palestina yang memiliki persenjataan yang lengkap. Dan mungkin usaha untuk menciptakan perjanjian gencatan senjata baru akan terus-menerus dihalangi oleh Rusia. Kemudian, Rusia akan memberitahu media bahwa tentara Muslim mempunyai hak untuk membela negara Palestina dengan menjatuhkan bom di atas Gaza, walapun kebanyakan korban adalah penduduk sipil Yahudi dan anak kecil.

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika negara Mesir menolak untuk membuka perbatasannya untuk membiarkan penduduk sipil Yahudi di Ghetto Gaza kabur keluar dan menghindari perang. Bayangkan apa yang akan dikatakan dunia jika Mesir menolak untuk membuka perbatasannya supaya obat-obatan, makanan, air, bensin (untuk genset di rumah sakit) dan persediaan esensial lainnya bisa masuk Gaza untuk mengurangi penderitaan penduduk sipil Yahudi.

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan dikatakan dunia ke Rusia karena membolehkan begitu banyak penduduk sipil Yahudi dibunuh oleh tentara canggih Palestina dan terus memberi perlindungan mutlak bagi Palestina di dalam PBB. Bayangkan apa yang akan dikatakan pemimpin politik dan penduduk Amerika Serikat. Apakah mereka akan diam terus seperti sekarang?

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika CNN menunjukkan wawancara dengan dokter yang terjebak di dalam sebuah rumah sakit di Gaza, dan dia mengatakan, "Sekitar 30% dari korban adalah anak Yahudi. Banyak dari mereka sudah meninggal sebelum kami bisa mengobatinya mereka karena jumlah korban sudah terlalu banyak. Kami sudah mulai kehabisan persediaan obat-obatan. Mengapa dunia tidak datang untuk membantu penduduk sipil Yahudi yang tidak berdosa di Gaza? Mengapa orang Muslim Palestina boleh mengebom Gaza begitu saja? Di mana dunia internasional? Mengapa mereka tidak mau bertindak untuk melindungi jiwa orang Yahudi yang tidak berdosa di Gaza?"

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika CNN memperlihatkan seorang pendeta Yahudi tua yang sedang berlari di jalan dengan mayat anaknya di dalam gendongannya. Baju ibaddahnya sudah bernoda merah dari darah, dan pemandangan kacau dan rusak kelihatan di belakangnya, saat dia sedang melarikan diri. Pendeta Yahudi itu akan menjerit di depan kamera dan teriak, "Kenapa mereka membunuh penduduk sipil Yahudi yang tidak berdosa? Apa kesalahan kami? Kami bukan anggota Kadima. Kami tidak meluncurkan roket. Mengapa tentara Muslim harus membunuh anak saya? Mengapa tak ada seorangpun yang mau melindungi kami?"

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika seluruh yang ditulis di atas ini adalah benar dan sedang terjadi pada saat ini. Bayangkan reaksi dari semua orang yang baik hati dan suka kedamaian di dunia ini, yang sedang menonton kejadian tersebut di televisi. Di dunia barat, ada berapa banyak ibu dan bapak biasa, anak remaja dan orang tua, yang akan tetap diam terus jika pembantaian ini dilakukan pada penduduk sipil Yahudi di Gaza? Apakah mereka akan marah sekali? Apakah mereka akan bergabung dalam demo besar di kota masing-masing? Apakah mereka akan menyuruh pemimpin mereka ambil tindakan dengan segera untuk mengatasi pembantaian tersebut?

Bayangkan apa yang akan terjadi jika semua orang di dunia barat menganggap nyawa anak Muslim yang tidak berdosa setara dengan nyawa anak Yahudi yang tidak berdosa?

Bayangkan apa yang akan terjadi jika situasi di Gaza itu terbalik.

Gene Netto
Jakarta, Indonesia

Selasa, 23 Desember 2008

Kontroversi UU BHP

Kontroversi UU BHP Saturday, 20 December 2008 Rabu (17/12) lalu DPR mengesahkan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP). Pengesahan UU tersebut menimbulkan sejumlah polemik dan kontroversi. Bahkan sejumlah mahasiswa di Makassar dan Jakarta ramai-ramai berdemo menolak UU tersebut. Mengapa UU BHP tersebut menimbulkan kontroversi dan mengapa DPR berkeras untuk mengesahkan UU tersebut? Apa manfaat dan kerugiannya bagi dunia pendidikan kita? Tulisan ini mencoba memberikan satu perspektif singkat mengenai pertanyaan-pertanya an itu.Tentu saja akan ada perspektif lain dalam melihat UU BHP. Otonomi atau Liberalisasi? Sejak awal disiapkan,RUU BHP— yang merupakan amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional—memang menuai berbagai persoalan. Dominasi isu yang muncul adalah apakah negara bermaksud melepaskan tanggung jawab konstitusional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945. Isu ini semakin kuat jika dikaitkan dengan gejala liberalisasi (neoliberalisme)— atas nama profesionalisme dan korporasi— yang sudah terjadi pada sektorsektor yang lain melalui privatisasi. Apalagi di dalam draf-draf awal RUU BHP tersebut dimungkinkan dan dimudahkannya lembaga pendidikan tinggi asing mendirikan BHP di Indonesia melalui kerja sama dengan BHP Indonesia yang telah ada. Pasal ini memiliki sisi positif untuk meningkatkan daya saing pendidikan tinggi untuk menyerap pengetahuan pendidikan tinggi asing,tetapi juga dapat memiliki dampak negatif berupa liberalisasi pendidikan tinggi yang dapat menyebabkan intervensi dan penguasaan pendidikan oleh lembaga pendidikan tinggi asing. Pasal ini telah dihapus dalam UU BHP yang ditetapkan oleh DPR. Kontroversi lainnya adalah seputar biaya pendidikan yang dikhawatirkan akan semakin mahal dengan terbentuknya BHP.Kekhawatiran ini berasal dari praktik perguruan tinggi badan hukum milik negara (PT BHMN) sebagai species BHP yang selama ini terjadi dan bertendensi memarginalisasi anak-anak tidak mampu untuk mengenyam pendidikan. Perjalanan dan perenungan penulis terhadap praktik PT BHMN selama ini menyimpulkan bahwa pembiayaannya masih berpijakpadabiayaop erasionalpendidi kan (BOP) yang dipungut dari peserta didik. Hal ini terjadi karena berbagai persoalan,seperti aset PT BHMN yang masih dimiliki oleh negara menyebabkan kesulitan pengembangan sumber penerimaan lain dari ventura bisnis. Di sisi lain, betapa sulitnya melakukan perubahan budaya penyelenggara (baik pengelola,dosen dan tenaga kependidikan) dari budaya birokrasi ke budaya korporasi. Jalan mudah yang selama ini ditempuh adalah membebankan pembiayaan operasional kepada peserta didik. Kekhawatiran ini cukup beralasan, meski selama ini PTBHMN secara terbatas juga memberikan fasilitas bantuan pendidikan dan beasiswa kepada peserta didik. Demikian besarnya kekhawatiran masyarakat terhadap mahalnya biaya pendidikan tersebut, para wakil rakyat di DPR merasa perlu untuk mencantumkan kewajiban pemerintah dalam pembiayaan pendidikan oleh BHP. Dalam draf terakhir yang disahkan pada 17 Desember 2008 lalu, pasal-pasal tentang kekayaan dan pendanaan pendidikan oleh BHP diarahkan untuk memperkuat peran negara dalam pembiayaan pendidikan. Misalnya saja kekayaan BHP pemerintah/ pemerintah daerah (BHPP dan BHPPD) merupakankekayaanpe ndiri (negara/pemerintah daerah) yang dipisahkan (Pasal 37). Sedangkan semua bentuk pendapatan dan sisa hasil usaha kegiatan maupun penggunaan tanah negara tidak termasuk pendapatan negara bukan pajak (Pasal 38) dan harus ditanamkan kembali ke dalamBHPuntuktujuan peningkatan kualitas pendidikan.Khusus untuk pendanaanpendidikan bagiBHPPdan BHPPD, pemerintah dan pemerintah daerah menanggung paling sedikit 1/3 biaya operasional untuk pendidikan menengah dan paling sedikit 1/2 biaya operasional untuk pendidikan tinggi (Pasal 41 ayat 4 dan 6). Biaya penyelenggaraan pendidikan yang ditanggung oleh peserta didik dalam BHPP dan BHPPD paling banyak 1/3 dari biaya operasional. Dalam pasal lain UU BHP juga mewajibkan penyelenggara pendidikan untuk memberikan beasiswa, bantuan pendidikan,kredit mahasiswa dan pemberian pekerjaan kepada peserta didik (Pasal 40),dan wajib menjaring dan menerima warga negara Indonesia yang memiliki potensi akademik tinggi dan kurang mampu paling sedikit 20% dan jumlah keseluruhan peserta didik. Hal menonjol dan sampai saat ini tetap menjadi ganjalan dalam UU BHP adalah berlakunya ketentuan BHP bagi penyelenggara pendidikan swasta oleh masyarakat. Seluruh ketentuan BHP berlaku bagi BHP masyarakat (BHPM), kecuali mengenai ketegasan bantuan pemerintah untuk biaya investasi, beasiswa dan biaya operasional pendidikan sebagaimana berlaku bagi BHPP dan BHPD. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah memang ikut menanggung dana pendidikan untuk BHPM dan BHP penyelenggaraan (yayasan dan perkumpulan) dalam bentuk bantuan pendidikan, tetapi hal ini hanya berlaku bagi pendidikan dasar dan tidak ditentukan besaran minimal bantuan tersebut. Dapat dikatakan bahwa proporsi pengaturan pasal-pasal dalam UU BHP lebih condong dan lebih cocok untuk lembaga pendidikan pemerintah ketimbang lembaga pendidikan swasta. Menuju Implementasi UU BHP Berbagai kontroversi di atas seharusnya bermuara pada satu pertanyaan, dapatkah UU BHP ini diimplementasikan untuk menjamin kualitas pendidikan kita yang semakin baik? Penulis sendiri berposisi mendukung penguatan profesionalisme otonomi penyelenggaraan pendidikan, tanpa harus melepaskan tanggung jawab negara terhadap pendanaan pendidikan. Tentu saja dengan berbagai catatan, bahwa implementasi UU BHP tidak boleh menyebabkan komersialisasi pendidikan yang dapat membatasi hak-hak masyarakat—termasuk golongan tidak mampu—untuk menikmati pendidikan. Pun bantuan dan subsidi yang diberikan oleh negara terhadap pendidikan tidak boleh menyebabkan hilangnya kreativitas dan inovasi lembaga pendidikan untuk melakukan knowledge sharingdan knowledge creation. Jika dilihat dari pasal-pasal dalam UU BHP, sejatinya cukup melegakan bahwa tanggung jawab negara dalam pendidikan tidak hilang dan dihilangkan. Demikian pula tuntutan UU BHP untuk akuntabilitas, keterbukaan, partisipasi dan transparansi dalam penyelenggaraan pendidikan. Yang justru dikhawatirkan adalah kemampuan negara untuk membiayai 1/3 biaya operasional (pendidikan menengah) dan 1/2 biaya operasional (pendidikan tinggi) bagi seluruh BHPP dan BHPPD. Nilai itu belum termasuk biaya investasi, beasiswa, dan subsidi lain. Dana ini juga belum termasuk bantuan pemerintah dan pemerintah daerah kepada BHPM. Jika pemerintah tak memiliki dana cukup untuk membiayai itu semua,maka kekhawatiran sejumlah mahasiswa dalam praktik PT BHMN selama ini akan terjadi. Hal lain yang cukup mengganggu, sering kali implementasi UU terhambat oleh buruknya kapasitas sistem birokrasi negara. Jika bantuan dana tersebut dilakukan melalui birokrasi negara, bukan tidak mungkin proses pendidikan secara keseluruhan juga akan terwarnai oleh buruknya kompetensi dan rusaknya moralitas birokrasi. Kepada seluruh pemangku kepentingan penulis menghimbau,mari kita diskusikan polemik BHP ini dengan kerangka dan tujuan yang sama: untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.(*) *) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi Eko Prasojo Guru Besar FISIP UI dan anggota MWA UI

Rabu, 03 Desember 2008

Guru Impian (1)

Assalamu ‘alaikum guruku
Setiap saat aku berjumpa denganmu
Setiap saat itu pula kulihat senyummu

Assalamu ’alaikum guruku
Setiap saat engkau mengajariku
Setiap saat itu pula kulihat samudra ilmumu

Assalamu ’alaikum guruku
Setiap saat engkau menasehatiku
Setiap saat itu pula kulihat kemuliaanmu

Assalamu ’alaikum guruku
Setiap saat engkau menyeruku
Setiap saat itu pula kulihat wibawamu

Assalamu ’alaikum guruku
Setiap saat engkau menyapaku
Setiap saat itu pula kulihat kasih sayangmu


Itulah puisi yang dibuat oleh seorang guru dari MI Miftahul Huda Cikadut Bandung saat acara Teacher Motivation Goes to School yang diadakan tanggal 10 Juli 2008. Puisi ini menceritakan Guru Impian yang didambakan seorang siswa. Tulisan ini akan mencoba membahas secara berseri dan di bagian pertama yaitu Guru yang Ramah dan Murah Senyum.

Apakah benar siswa berharap bertemu dengan guru yang ramah penuh senyuman? Apa efek senyuman itu? Nah, jika coba tanya kepada siswa, apa ciri pertama guru yang diidolakan, biasanya jawabannya guru yang ramah, tidak sombong dan baik hati. Guru yang ramah, memberi senyuman yang tulus yang selalu teringat dan membekas di hati. Akibatnya akan sungguh luar biasa karena siswa akan selalu merasa nyaman belajar dan terus merindukan saat-saat bersama gurunya. Semangat untuk kembali ke sekolah dengan penuh kegembiraan dan tanpa ketepaksaan.

Bagaimana dengan kita sebagai guru? Apakah senyum ini masih terus ada di diri kita dalam setiap kondisi dan keadaan? Jangan sampai senyum itu hanya ada di tanggal 1 tiap bulan saat masih banyak uang di kantong. Lalu kemudian mulai menghilang di tanggal 15 karena uangnya mulai menipis? Apakah senyum ini masih terus kita tebarkan ke anak didik kita setiap hari dengan penuh keikhlasan? Jangan sampai senyum yang ditebarkan seperti senyum pramugari di saat kita masuk ke pesawat terbang. Senyum karena prosedur pelayanan. Tentu kita ingin senyum karena ikhlas karena senyum yang ikhlas akan menjadi shadaqah. Oleh karena itu mari biasakan untuk tersenyum yang keluar dari hati yang tulus. Asal jangan senyum sendirian, khawatir dianggap kurang waras.
Lebih lanjut tentang senyum yang ’ideal’ dapat dicermati dari lagu di bawah ini :

SENYUM (Raihan)

Manis wajahmu kulihat di sana,
apa rahasia yang tersirat
Tapi zahirnya dapat kulihat,
Mesra wajahmu dengan senyuman
Senyuman …. senyuman

Senyum tanda mesra, senyum tanda sayang,
Senyumlah sedekah yang paling mudah.
Senyum diwaktu susah tanda ketabahan,
Senyuman itu tanda keimanan
Senyumlah …. Senyumlah…. Senyumlah …. Senyumlah

Hati yang gundah terasa tenang,
bila melihat senyum.
Tapi senyumlah seikhlas hati
Senyuman dari hati jatuh ke hati.
Senyumlah …. senyumlah

Senyumlah seperti Rasulullah…
Senyumnya bersinar seperti cahaya
Senyumlah kita hanya karena Allah
Itulah senyuman bersedekah
Senyumlah …. Senyumlah … Senyumlah …. Senyumlah

Senyumlah sedekah yang paling mudah
Tiada terasa terhutang budi
Ikat persahabatan antara kita
Tapi senyum jangan disalah guna
Senyumlah …. Senyumlah … Senyumlah …. Senyumlah

Wallaahu a’lam bishshawab
Syamril

Menjelang dhuhur, di Masjid Salman ITB
Tanggal 25 Oktober 2008